A Quarter of Poems: Part 1
The Chameleon
I walk slow and steady
Desperation, Determination
Hopelessness, Happiness
Everyday I change colors
Blue, Red, Yellow
Each brings a new taste
A new life
A new experience
My body shows all feelings
My behavior mimics all thoughts
My color represents all things
But only one thing I can't understand
A beauty that can't be seen
A comfort that can't be felt
Something that is not simple
Yet hold modesty on its own
Tertiary...
Will the time tell the truth?
But the truth always change with the time...
Apalah Arti
Apalah arti bunga di taman?
Bila tak ada daun yang memberinya makan
Apalah arti hujan di langit?
Bila tak ada awan yang mau menemaninya
Apalah arti kapal di pelabuhan?
Bila tak ada burung camar yang mengajaknya
Apalah arti sebuah kain di pangkuan?
Bila tak ada jarum yang mau mendidiknya
Tak akan ada ladang
Bila tak ada tanah
Tak akan ada sungai
Bila tak ada air
Tak akan ada besar
Bila tak ada yang dianggap kecil
Tapi apalah arti?
Bila kita meninggalkan yang kecil demi menjadi yang besar
Lihatlah dan Lukislah, Kawan!
Apa yg kau lihat, Kawan?
Saat berada di gurun yang panas membakar
Saat berada di tebing yang curam menusuk
Saat berada di hutan yang gemerisik berisik
Saat berada di danau yang diam membekam
Kau mau tahu apa yg kulihat?
Kehampaan
Ketiadaan
Ketidakberartian
Tapi kau tahu, Kawan?
Kau bisa menulis ceritamu di dalam gurun yang menari-nari
Kau bisa menyanyikan lagumu di atas tebing yang dengar-dengaran
Kau bisa memimpikan mimpimu di dalam hutan yang bersiul-siul
Kau bisa melukis gambarmu di atas danau yang merenung-renung
Lihatlah dan lukislah, Kawan!
Kekosongan bagaikan kanvas yang siap bercerita
Tak usah kau gundah, Kawan!
Hidup adalah ekspansi yang siap menunjukkan keindahannya
Biru
Lembut mengawal
Sunyi berkedip
Laut tenang melambai-lambai
kepada burung camar yang terbang di atasnya
Biru...
Itulah warna matamu
Sederhana...
Itulah warna hatimu
Merah Putih
Terkadang kita lupa...
Di mana kita senang
Di mana kita sedih
Di mana tawa berasal
Di mana tangis berjatuhan
Terkadang kita melihat...
Rumput yang lebih hijau
Laut yang lebih biru
Gunung yang lebih putih
Merah tanah kita
Putih langit kita
Merah bara kita
Putih katun kita
Merah semangat kita
Putih iman kita
Melebur menjadi satu...
Ragam bahasa ragam suku
Jangan lupakan bangsa ini!
Jangan tinggalkan bangsa ini!
Karena meskipun dasar laut gelap mencekam
Namun di dalamnya tersimpan mutiara yang indah
Sebuah Kesempatan
Jutaan makhluk tersebar di angkasa
Ribuan waktu terputar pada sumbunya
Ratusan kehidupan terajut dalam nadi Sang Pencipta
Puluhan cara tertulis di atas hukum alam
Namun hanya satu yang dapat kokoh berdiri tegak
Adalah sebuah anomali
Adalah sebuah frekuensi harapan
Adalah sebuah reaksi kimia
Berikanku sebuah kesempatan
Untuk menjadi arwana yang menyelami dalam jiwamu
Berikanku sebuah kesempatan
Untuk menjadi merpati yang mengarungi luas pikiranmu
Berikanku sebuah kesempatan
Untuk menjadi petualang yang menjelajah volum hatimu
Sebuah kesempatan...
Hanya itu yang kupinta
Dan biarlah waktu...
Yang menerangi sisa jalan kehidupan kita
Sejuk, Pohon Delima
Sejuk, pohon delima
Kududuk di bawahnya, dipeluknya diriku
Sejuk, pohon delima
Kubersandar di tangkainya, dibelainya diriku
Sejuk, pohon delima
Kulihat rambutnya,
dipanggilnya diriku
Sejuk, pohon delima
Kutatap wajahnya,
teringatlah dirimu
Cita, Angan, dan Mimpi
Cita cita
Cita rasa
Apalah arti cita-cita
Bila tanpa jerih payah yang memangkunya
Cita cita
Cita rasa
Apalah arti cita-cita
Bila tanpa keuletan yang mendorongnya maju
Cita cita
Cita rasa
Apalah arti cita-cita
Bila tanpa tekad yang terus menyemangatinya
Cita cita
Cita rasa
Apalah arti cita-cita
Bila harus mengorbankan yang lain untuk menggapainya?
Kaukah Yang Menari-Nari Di Atas Sana?
Anggun nan elok
Kau kibaskan bintang kejora
Lihatlah ke atas awan
Rupawan, penuh menghinggapi kalbu
Bawalah aku, adinda
Terbangkan aku melintasi jagad raya
Bawa anganku pergi melintasi malam bergelora
Bersamamu, selamanya, dalam kemungkinan yang tidak terbatas
Sebuah Kota Di Mana Terdapat Singa Yang Berenang Di Dalamnya
Biarlah kuceritakan sebuah kisah padamu, kawan
Kisah yang pernah kau dengar
Kisah yang akan selalu kau kenang
Pun sebuah kota
Yang airnya selalu mengalir jernih menyejukkan jiwa
Yang hangatnya selalu memeluk asmara setiap orang yang tinggal di dalamnya
Yang anginnya selalu menghembuskan pengetahuan tentang peradabannya
Kota yang tak pernah lelah
Kota yang tak pernah tidur
Kota yang tak pernah terlelap
Ia selalu mengingatkanku akan sebuah keputusan
Sebuah perkembangan
Sebuah metamorfosis
Mungkin dahulu dia adalah kota yang kecil
Mungkin dahulu tidak ada yang menganggapnya
Namun dia adalah kota yang pantang menyerah
Dia adalah kota yang berani mengambil keputusan
Bahwa dia akan membuktikan pada dirinya sendiri
Bahwa dia bisa
Lihatlah dia sekarang, kawan
Dia menjadi perlambang sumber daya
Dia menjadi penentu kemajuan
Dia menjadi sebuah kota
Di mana terdapat singa yang berenang di dalamnya
Sebuah Epitoma
Manakala bulan bersabit
dan malam mulai bersabda
Burung hantu saling mengapit
dan gagak mulai mengada
Berjalan seorang anak
Mencari, mencoba menggapai
Dalam gelap yang marak
Titik cahaya yang terabai
Sendiri...
Dia mengabdi
Sendiri...
Dia melihat
Sendiri...
Dia mengkhayal
Masa lalu hanyalah kenangan
Masa depan hanyalah fatamorgana
Masa kini hanyalah propaganda
Dia tahu, namun dia tetap berjalan
Sendiri...
Dia mengabdi
Sendiri...
Dia melihat
Sendiri...
Dia mengkhayal
Bintang
Aku lahir
Dari deburan pasir jagad raya
Aku tumbuh
Bersama gelombang aurora pasang surut
Aku belajar
Bersama sang dewi bulan
Aku melihat
Kesibukan padi di ladang petani
Aku mendengar
Pujian kepada kutilang di atas pohon delima
Aku mencium
Kekayaan seekor bajing yang ia simpan di sarangnya
Aku mengecap
Rasa bangga bunga mawar pada kecantikannya
Aku merasakan
Ambisi ombak di laut selatan
Aku juga melihat
Usaha palawija memberi makan anaknya
Aku juga mendengar
Doa gagak di atas pohon beringin
Aku juga mencium
Ketulusan pohon gayam menaungi seekor bajing
Aku juga mengecap
Kesederhanaan dan kerendahan hati bunga melati
Aku juga merasakan
Ketangguhan batu karang di tengah kesakitannya
Dewi bulan pernah bertanya padaku
"Ingin jadi apa jika sudah dewasa nanti?
Ingin menjadi bintang kejora
yang selalu bersinar paling terang di antara bintang lainnya
Atau menjadi bintang jatuh
yang selalu menjadi harapan walaupun cahayanya telah sirna?
Sekuntum Mawar Hitam
Adakalanya kabut datang tersipu malu
dan bintang-bintang jatuh berlalu-lalu
Bulan sayu yang melankolis
dan kunang-kunang yang tidak logis
Serigala hidup berkawan
Berburu bersama demi masa depan
Menyusun strategi menjatuhkan lawan
Tanpa mengorbankan seekor umpan
Adakalanya mereka merasa lelah
Ingin menetap, membangun keluarga
Mendidik anak dan keturunannya
Untuk menjadi pemburu tangguh berbahaya
Yang setia dan tahu tata krama
Banyak warna banyak cerita
Merah, kuning, ungu, dan jingga...
Kejenuhan dan kehampaan
Adakah kiranya sekuntum mawar hitam bagi dirinya?
The Time Has Not Yet Come
When the squirrel quarrels with its wife
And the oaktree wishes them to get out from its branch
But the time has not yet come
When the waves want to say goodbye
And the mangrooves can't bear to let go
But the time has not yet come
When the sinner want to repent his wrongdoings
And the priest must guide him to the light
But the time has not yet come
When the scholar want to graduate with outstanding performance
And must struggle to achieve his dream
But the time has not yet come
When you have found your true love
And wish to be with her forever
But the time has not yet come
KENAPA?KENAPA?KENAPA?KENAPA?KENAPA?
Kenapa sekumpulan semut harus mati hanya karena mereka mencari makan?
Kenapa seekor serigala harus mati hanya karena dia berusaha mempertahankan haknya?
Kenapa ilalang harus mati hanya karena mereka ditakdirkan untuk hidup?
Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa Kenapa?KENAPA?KeNApa?KenaPA?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?Kenapa?KEnaPa?Kenapa?Kenapa?KENaPa?Kenapa?
KE.
NA.
PA.
Mungkin
Mungkin malam ini memang gelap
Sunyi mencekam laksana musim dingin
Namun akan datang sang surya pagi
Menerangi pikiran yang terbungkus hitam
Mungkin kucing kecil memang ditinggal ibunya
Berjalan sendiri, mencari sesuap nasi
Namun akan datang sang penguasa bumi
Yang akan merangkulnya dengan kelembutan hati
Mungkin waktu berjalan mundur
Menghempas aku dalam kegilaan arusnya
Namun akan datang sang penenang jiwa
Dan aku ingin selalu berada dalam dekapan tulus-Nya
Saat Itu Pun Kau Tahu, Kau Sedang Jatuh Cinta
Di saat mendung di siang hari terasa seperti gemerlap bintang di malam hari
Saat itu pun kau tahu, kau sedang jatuh cinta
Di saat bising suara lengking dalam kalbu terasa seperti air yang tenang dalam jiwa
Saat itu pun kau tahu, kau sedang jatuh cinta
Di saat perselisihan dua anjing tetangga terasa seperti pernikahan dua kucing yang bahagia
Saat itu pun kau tahu, kau sedang jatuh cinta
Di saat hening ruang waktu terasa seperti lari seorang pelari marathon
Namun kau akhirnya tahu bahwa dia hanya berlari di tempat dan terpaku pada keindahan dunia
Saat itu pun kau tahu, kau sedang jatuh cinta lagi
Ikan dan Filosofinya
Suatu saat, aku bertanya-tanya
"Mengapa seekor ikan harus diam termangu dalam air?"
"Mengapa Ia tidak diizinkan semesta untuk pergi mencari jati dirinya?"
Semua orang menjawab hal yang sama
Klasik, membosankan
"Karena itulah takdirnya"
Tapi apakah benar takdir sekejam itu?
Ia ingin berjalan, namun kakinya hanya satu
Ia ingin merayap, namun kulitnya terlalu kasar berlipat
Ia ingin memanjat, namun pegangannya licin dan tipis
Ia ingin terbang, namun sayapnya terlalu kaku dan lemah
Kucoba menolongnya
Kubawa Ia melintasi perbatasan dua dunia
Ia terpaku, takjub melihat surga di dunia baru itu
Ia tidak puas, Ia ingin lebih
Ia menemukan apa yang dicarinya selama ini
Sebuah utopia
Sebuah tempat di mana kebebasan menunggunya
Kubawa Ia masuk ke dunia baru itu
Ia senang tak karuan, meloncat-loncat ke sana kemari
Bak embun pagi yang merasakan kehangatan sinar mentari
Ya...
Kehangatan yang akan menghapus eksistensi embun itu
Sama seperti ikan itu
Ia masuk lebih jauh ke dunia ketiga dan tak pernah kembali
Suatu saat, aku bertanya tanya
"Apakah lebih baik Ia tinggal, menikmati surga kecil di dunianya yang kecil?"
"Ataukah Ia puas, melihat surga yang lebih besar walau hanya sebentar saja?"
Embun Pagi Rasa Coklat (Chocolate-Flavored Morning Dew)
Aku senang bangun pagi
Karena aku bisa melihat embun pagi
Embun pagi dari hujan semalam tadi
Jatuh di dedaunan dan membasahinya lagi
Aku senang pergi belanja
Karena aku bisa membeli coklat
Coklat batang dari Eropa
Menempel di lidah dan memanjakannya
Aku senang melihatnya
Karena imut gerak-geriknya
Juga lucu tingkah lakunya
Dan manis paras wajahnya
Don't Leave Me Behind
Please, don't leave me behind
My past is rough
My future is grim
Please, don't leave me behind
Please, don't leave me behind
My path is dark
My goal is blurry
Please, don't leave me behind
Only because of you, I feel confident
Only because of you, I experience happiness
Cause without you, my day won't be the same
Cause without you, my soul won't be the same
Please...
Don't leave me behind
Sang Penjelajah Waktu
Pelukan dari seluruh penjuru bumi
Merangkul seluruh khalayak kehidupan
Dingin, namun menyejukkan
Panas, namun menghangatkan
Warna-warni bumi rasa
Aroma khas dunia imajinasi
Melempar aku nun jauh ke belakang
Dan menghempaskan aku nun jauh ke depan
Deburan Angin dan Taburan Angan
Jejak kehidupan tertapak dan terekam
Bercerita seribu bahasa, namun bungkam
Aku tahu...
Bahwa matahari berjalan dari timur ke barat
Bahwa angin bermain dari utara ke selatan
Aku paham...
Gemericik tetes duka dewa langit
Dan gema tawa dewi bumi
Taburan angan dan mimpi yang tersebar di angkasa
Menusuk kalbuku, mengancam jiwaku
Sesak dadaku melihatnya
Lemas ragaku membayangkannya
Ribuan cita dan harapan
Yang lapuk menjadi debu di tengah realita kehidupan
Sebuah Jejak, Sebuah Arti
Kulihat jejak diriku kemarin sore
Dekil, penuh debu
Hitam laksana gagak malam hari
Hampir seperti jejak siput yang selalu merunduk
Dilanda pilu, lara tak berujung
Tetapi jejak itu juga
Yang membawaku sampai kepadamu
Kepada dirimu, cermin...
Yang juga memiliki jejak
Jejak yang mengandung arti kehidupan
Reverberation of Your Soul
Sama seperti hutan yang tenang seringkali menyimpan gemuruh air di dalamnya
Sama seperti gunung yang diam seringkali menyimpan amarah api di dalamnya
Sama seperti langit yang teduh seringkali menyimpan gelisah angin di dalamnya
Sama seperti tanah yang datar seringkali menyimpan kecewa batu di dalamnya
Luarmu tenang, dalammu beriak-riak
Luarmu diam, dalammu berkecamuk
Luarmu teduh, dalammu riang
Luarmu datar, dalammu rasa
Gema... Bergema...
Dalam insanmu kurasakan getaran yang mungil
Gema... Bergema...
Dalam jiwamu kurasakan alunan melodi yang sayup
Gema... Bergema...
Dalam diriku, ingin mengenalmu...
Hujan Semalam Tadi
Dalam derasnya bunyi hujan
Dalam tajamnya dingin menusuk
Dalam balutan kain hangat
Diriku diam melamun saja
Apakah kau juga mendengar bunyi yang sama?
Apakah kau juga merasakan dingin yang sama?
Apakah kau juga terbalut kain yang sama?
Di sini, diriku diam
Melamun saja...
